13 Jun 2010

Agar Tidak Tersesat di Masjidil Haram

Masjidil Haram


Jika Anda datang ke Masjidil Haram diwaktu musim haji, suasana Masjid selalu ramai. Karena itu, janganlah berharap suasana tenang, mencari tempat ””lowong”” di Masjidil Haram bisa dibilang cukup sulit.
Hampir semua sudut bangunan memiliki kemiripan, sehingga dapat memicu jemaah tersesat ketika hendak keluar dari masjid untuk kembali ke pemondokan.  Sementara itu untuk masuk ke Masjidil Haram bisa melalui berbagai sudut karena banyak pintu yang tersedia.
Ada beberapa tips untuk menghindari tersesat di masjidil Haram:
  • Datang lebih awal dari waktu shalat. Paling tidak, satu jam atau setengah jam sebelum azan berkumandang.
  • Sebelum masuk masjid, sejenak amati bangunan sekitarnya yang dapat mencirikan darimana Anda datang dan masuk masjidil Haram, jika memungkinkan baca nama pintu masjid.
  • Setelah masuk pintu masjid, usahakan jalan lurus menuju bangunan kabah, ketika kaki menginjakkan halaman kabah tengoklah kearah atas bangunan masjid, cari tanda yang dapat mencirikan dari mana Anda mulai masuk.
  • Janganlah segan bertanya kepada askar, sebutkan nama pintu dimana Anda tadi masuk ke Masjid
  • Hal terakhir yang patut diingat terus adalah memantapkan niat dan sikap ikhlas selama di Masjidil Haram. Niat dan sikap ikhlas terbukti manjur untuk mengantarkan jamaah mendapatkan kemudahan dan kelancaran selama ibadah.  Slamet Riyanto

ONH Biasa vs ONH Plus

h-11


Dalam menentukan pelayanan yang diinginkan untuk berangkat berhaji terdapat banyak pilihan yang dapat dipilih oleh para calon jamah haji. Dari mulai segi waktu keberangkatan ada yang berada di Tanah Suci selama enam hari ada pula yang mencapai satu bulan. Dari segi fasilitas ada yang mempersipakan sendiri makanan dan hotel yang diperlukan tapi ada pula yang segala keperluan untuk berhaji telah diurus oleh biro perjalanan haji yang bersangkutan.
Terdapat jenis-jenis paket yang bisa dijadikan pilihan bagi calon jamah haji yang akan berangkat ke Tanah Suci, antara lain, paket ONH Biasa, ONH Plus, dan ada pula ONH Semi Plus. Para jamaah haji yang ingin berangkat berhaji perlu memahami keunggulan dan kekurangan masing-masing paket yang ditawarkan agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kenyamanan jamaah selama beribadah di Tanah Suci. ”Tiap-tiap jenis ONH biasanya memiliki perbedaan pada bidang pelayanannya,” ujar Ustadz Matyoto Fahruri, pembimbing haji pada pengajian Manasik Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI), Kabupaten Boyolali.
Menurutnya, pada ONH yang standar fasilitas dan pelayanan yang diberikan juga biasa saja. ”Letak hotel mungkin lebih jauh dibandingkan dengan yang ONH Plus. Makanan juga kita biasanya harus mencarinya sendiri,” ujarnya.
Sedangkan, pada ONH yang Plus, kata Fahruri, pelayanan dan akomodasi yang diberikan lebih nyaman dan mempermudah jamaah dalam beribadah. Letak hotel lebih dekat ke tempat ibadah. Misalnya, hotel berada di pinggir Masjidil Haram sehingga tidak memerlukan waktu lama untuk menuju ke sana. Urusan makanan pun biasanya jamaah tidak perlu lagi direpotkan dengan hal tersebut karena segala sesuatunya telah diurus oleh biro haji.
Fahruri menegaskan bahwa tidak ada perbedaan dalam menjalankan ibadah haji pada kedua jenis ONH tersebut. ”Jarak dari penginapan dan fasilitas saja yang berbeda tapi jenis ONH tidak mempengaruhi kemabruran haji seseoirang. Bisa saja ONH yang dipilih biasa (reguler),  tapi ibadahnya lebih maksimal dibandingkan dengan yang plus,” jelasnya.
Ustadz Bobby Herwibowo Lc, anggota Dewan Pengawas Syariah Baznas Dompet Dhuafa Republika mengatakan, pada pilihan-pilihan ONH yang ada, hanya fasilitas dari masing-masing ONH yang membedakannya. ”Belum tentu pada orang yang berhaji dengan ONH Plus lebih mudah untuk mendapatkan kemabruran. Justru terkadang ONH Plus ini kerap dijadikan ajang untuk pamer. Hal inilah yang menghalangi tercapainya kemabruran,” ujarnya.
Pada pengguna ONH yang biasa, lanjut Bobby, jamaah yang berangkat haji tetap akan mendapatkan tausiyah dan mendapatkan bimbingan dari kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH). Dengan jumlah hari yang lebih lama pada jamaah dengan ONH yang biasa, maka para jamaah sebenarnya dapat lebih memaksimalkan ibadahnya dibandingkan dengan jamaah yang menggunakan ONH Plus yang hanya berada di Tanah Suci selama lebih kurang enam hari.
Lantas manakah yang sebaiknya dijadikan pilihan bagi para jamaah yang akan berangkat haji? Menurut Fahruri dan Bobby, hal tersebut dikembalikan lagi kepada pertimbangan dan kemampuan tiap jamaah yang ingin berangkat ke Tanah Suci. Tapi, yang terpenting adalah melakukan persiapan fisik, mental, ilmu haji dan finansial yang memadai untuk dapat menunaikan beribadah haji dengan maksimal. ci2/yto

Buah Manis Perkuat Daya Tahan Tubuh

Buah


MADINAH–Selama di Madinah dengan kondisi cuaca dan suhu yang dingin, jemaah Indonesia rawan penyakit inveksi saluran pernapasan atas (ISPA) berupa batuk-pilek dan flu ringan. ISPA ini bisa berbahaya apabila menyebabkan sesak napas, pnemonia dan inspeksi saluran pernapasan bagian bawah.
Oleh karena itu, jemaah diminta untuk memperkuat daya tahan tubuh dengan makan, minum dan istirahat yang cukup. Di samping itu, jemaah juga diminta banyak mengonsumsi buah-buahan dengan rasa manis, dan bukan yang asam seperti jeruk. Karena dengan perubahan cuaca dan suhu, keasaman dapat menyebabkan diare.
Namun sayangnya, menurut dr. Agus Setiawan, petugas kesehatan dari kloter 56 SOC Solo, buah yang disajikan oleh katering selama di Madinah lebih sering berupa jeruk dengan rata-rata jeruk yang rasanya asam. Hal ini akan membuat jemaah bisa mengalami diare. Oleh karena itu, dirinya meminta agar buah jeruk yang disajikan diganti dengan buah lain seperti apel atau pisang, agar jemaah bisa terhindar dari diare dan rata-rata buah di Arab Saudi rasanhya asam.
Menanggapi keluhan mengenai rasa buah jeruk yang asam ini, Kepala Daerah Kerja Madinah Cepi Supriatna menandaskan tidak menjadi masalah apabila harus menggganti buah jeruk dengan buah lain apabila buah jeruk memang membuat mudarat. Mengenai penggantian ini pihaknnya akan bekerja sama dengan katering untuk mengakomodir kepentingan jemaah. mch/yto

Tip Sehat Calon Haji

makanan


Menjaga kesehatan merupakan hal utama bagi calon jemaah haji, apalagi jika calhaj datang dari negara yang berbeda suhu udaranya, dan setelah menempuh penerbangan panjang.
Mariam A. Alireza dalam tulisannya berjudul “Kit Pertolongan Pertama Anda saat Berhaji” seperti yang dikutip Arab News, memberikan tip-tip kesehatan bagi calon jemaah haji.
Ritual haji yang juga sering disebut sebagai ibadah fisik yang cukup melelahkan, calhaj harus menyiapkan diri memperkuat daya tahan tubuh dan energi dengan meningkatkan imunitas tubuh dari serangan patogen dan virus.
Makanan dan Minuman yang disarankan
  • Sebelum meninggalkan tanah air, calhaj hendaknya memperhatikan asupan nutrisi dengan lebih banyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran.
  • Menjaga agar menu seimbang antara asupan protein (ikan, ayam) dan karbohidrat (nasi atau roti gandum), sayuran (hijau-hijauan seperti bayam, buncis, brokoli dan buah-buahan segar).
  • Buah dan sayur akan memasok tubuh dengan anti oksidan dan bioflafonoid, sedangkan khusus jeruk (lemon) akan menjaga tubuh dari infeksi dan memberikan perlindungan terhadap kuman-kuman penyakit.
  • Rempah-rempah seperti jahe, kayu manis, pala, dan lada bisa meningkatkan sistem imunitas tubuh terhadap penyakit.
  • Sebagai camilan, jemaah disarankan memakan buah segar ataupun yang dikeringkan.
  • Air dan cairan sangat penting bagi sistem tubuh, sehingga jemaah dianjurkan minum air yang sudah disterilkan, bukan air dalam kemasan, apalagi yang terkena sengatan mata hari, karena kemasan plastiknya dapat mengkontaminasi air.
  • Teh herbal yang dibubuhi cengkeh, mint, rosemary, sereh, jahe, kamomila, bisa menawar racun (dextofy) dan menghindari infeksi.
  • Racikan teh dengan madu, menurut seorang dokter Palestina bernama Hani Yunus juga berkhasiat meningkatkan kekebalan tubuh dari infeksi flu babi (H1N1) dan influensa.
  • Sup berbumbu bawang putih, bawang merah atau bubuk cayenne (semacam ketumbar atau lada) juga bisa meningkatkan kekebalan tubuh, sedangkan yoghurt dibubuhi sedikit garam dapat mempertahankan zat air dalam tubuh.
  • Daun basilica dan bunga star anis juga dianjurkan dalam pengobatan China untuk melawan virus H1N1 dan virus penyakit lainnya. Star Anis lebih manjur jika dikonsumsi dengan air hangat saat perut dalam keadaan kosong, sementara 20 lembar daun basilica diteguk dengan air hangat pada pagi hari juga dapat mencegah virus H1N1 atau paling tidak meminimalisir gejalanya.
  • Calhaj juga dianjurkan mengkonsumsi multi vitamin, vitamin C dosis tinggi dengan bioflavonoid serta suplemen mineral (berisi zat besi (zinc) dan selenium, sementara pasokan N-acetylcysteine dosis di atas 1.000 mg per hari dan L-Lysine 500 mg saat perut kosong juga bisa menekan gejala H1N1.
  • Ektrak jamur maitake, shiitake reishi juga bisa dikonsumsi untuk mendukung sistem kekebalan tubuh melawan infeksi virus.
Makanan dan Minuman yang Dihidari
  • Hindari makan goreng-gorengan, makanan yang menggunakan zat pewarna dan pengawet yang bisa melemahkan sistem imunitas tubuh.
  • Pemanis buatan seperti aspartam bisa merusak jaringan syaraf (neurotoxin) dan berbahaya terhadap jaringan otak dan tubuh, apalagi jika dipanaskan di atas suhu 30 derajat Celcius.
  • Minuman Soda dengan pemanis juga harus dihindari karena dapat melemahkan kemampuan tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus.
Bagi calhaj yang mengidap hypertensi hindari mengkonsumsi garam secara berlebihan.
Menghangatkan tubuh di pagi hari beberapa menit juga diperlukan untuk memberi kesempatan pada kulit mensintesiskan vitamin D – nutrisi yang akan menyuburkan sel-sel tubuh dan membangun kekebalan tubuh.  Namun berjemur di panas matahari terlalu lama dapat mengakibatkan terbakarnya kulit (sanburn) atau stroke (heatstroke), sebaliknya sinar matahari dapat membunuh kuman dan virus di udara dan menaikkan suhu badan sehingga mampu membunuh patogen.
Jemaah disarankan dapat menjaga stamina tubuh saat mengikuti prosesi puncak haji yakni menjelang Wukuf di Padang Arafah (mulai 26 November atau 9 Zulhijah) dilanjutkan ke Muzdalifah untuk mabit, dan kemudian melontar jumrah di Mina selama tiga hari berturut-turut setelah Idhul Adha 1430H (pada 27 November atau 10 Zulhijah).  Ant/S.Riyanto