13 Jun 2010

Agar Tidak Tersesat di Masjidil Haram

Masjidil Haram


Jika Anda datang ke Masjidil Haram diwaktu musim haji, suasana Masjid selalu ramai. Karena itu, janganlah berharap suasana tenang, mencari tempat ””lowong”” di Masjidil Haram bisa dibilang cukup sulit.
Hampir semua sudut bangunan memiliki kemiripan, sehingga dapat memicu jemaah tersesat ketika hendak keluar dari masjid untuk kembali ke pemondokan.  Sementara itu untuk masuk ke Masjidil Haram bisa melalui berbagai sudut karena banyak pintu yang tersedia.
Ada beberapa tips untuk menghindari tersesat di masjidil Haram:
  • Datang lebih awal dari waktu shalat. Paling tidak, satu jam atau setengah jam sebelum azan berkumandang.
  • Sebelum masuk masjid, sejenak amati bangunan sekitarnya yang dapat mencirikan darimana Anda datang dan masuk masjidil Haram, jika memungkinkan baca nama pintu masjid.
  • Setelah masuk pintu masjid, usahakan jalan lurus menuju bangunan kabah, ketika kaki menginjakkan halaman kabah tengoklah kearah atas bangunan masjid, cari tanda yang dapat mencirikan dari mana Anda mulai masuk.
  • Janganlah segan bertanya kepada askar, sebutkan nama pintu dimana Anda tadi masuk ke Masjid
  • Hal terakhir yang patut diingat terus adalah memantapkan niat dan sikap ikhlas selama di Masjidil Haram. Niat dan sikap ikhlas terbukti manjur untuk mengantarkan jamaah mendapatkan kemudahan dan kelancaran selama ibadah.  Slamet Riyanto

ONH Biasa vs ONH Plus

h-11


Dalam menentukan pelayanan yang diinginkan untuk berangkat berhaji terdapat banyak pilihan yang dapat dipilih oleh para calon jamah haji. Dari mulai segi waktu keberangkatan ada yang berada di Tanah Suci selama enam hari ada pula yang mencapai satu bulan. Dari segi fasilitas ada yang mempersipakan sendiri makanan dan hotel yang diperlukan tapi ada pula yang segala keperluan untuk berhaji telah diurus oleh biro perjalanan haji yang bersangkutan.
Terdapat jenis-jenis paket yang bisa dijadikan pilihan bagi calon jamah haji yang akan berangkat ke Tanah Suci, antara lain, paket ONH Biasa, ONH Plus, dan ada pula ONH Semi Plus. Para jamaah haji yang ingin berangkat berhaji perlu memahami keunggulan dan kekurangan masing-masing paket yang ditawarkan agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan kenyamanan jamaah selama beribadah di Tanah Suci. ”Tiap-tiap jenis ONH biasanya memiliki perbedaan pada bidang pelayanannya,” ujar Ustadz Matyoto Fahruri, pembimbing haji pada pengajian Manasik Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI), Kabupaten Boyolali.
Menurutnya, pada ONH yang standar fasilitas dan pelayanan yang diberikan juga biasa saja. ”Letak hotel mungkin lebih jauh dibandingkan dengan yang ONH Plus. Makanan juga kita biasanya harus mencarinya sendiri,” ujarnya.
Sedangkan, pada ONH yang Plus, kata Fahruri, pelayanan dan akomodasi yang diberikan lebih nyaman dan mempermudah jamaah dalam beribadah. Letak hotel lebih dekat ke tempat ibadah. Misalnya, hotel berada di pinggir Masjidil Haram sehingga tidak memerlukan waktu lama untuk menuju ke sana. Urusan makanan pun biasanya jamaah tidak perlu lagi direpotkan dengan hal tersebut karena segala sesuatunya telah diurus oleh biro haji.
Fahruri menegaskan bahwa tidak ada perbedaan dalam menjalankan ibadah haji pada kedua jenis ONH tersebut. ”Jarak dari penginapan dan fasilitas saja yang berbeda tapi jenis ONH tidak mempengaruhi kemabruran haji seseoirang. Bisa saja ONH yang dipilih biasa (reguler),  tapi ibadahnya lebih maksimal dibandingkan dengan yang plus,” jelasnya.
Ustadz Bobby Herwibowo Lc, anggota Dewan Pengawas Syariah Baznas Dompet Dhuafa Republika mengatakan, pada pilihan-pilihan ONH yang ada, hanya fasilitas dari masing-masing ONH yang membedakannya. ”Belum tentu pada orang yang berhaji dengan ONH Plus lebih mudah untuk mendapatkan kemabruran. Justru terkadang ONH Plus ini kerap dijadikan ajang untuk pamer. Hal inilah yang menghalangi tercapainya kemabruran,” ujarnya.
Pada pengguna ONH yang biasa, lanjut Bobby, jamaah yang berangkat haji tetap akan mendapatkan tausiyah dan mendapatkan bimbingan dari kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH). Dengan jumlah hari yang lebih lama pada jamaah dengan ONH yang biasa, maka para jamaah sebenarnya dapat lebih memaksimalkan ibadahnya dibandingkan dengan jamaah yang menggunakan ONH Plus yang hanya berada di Tanah Suci selama lebih kurang enam hari.
Lantas manakah yang sebaiknya dijadikan pilihan bagi para jamaah yang akan berangkat haji? Menurut Fahruri dan Bobby, hal tersebut dikembalikan lagi kepada pertimbangan dan kemampuan tiap jamaah yang ingin berangkat ke Tanah Suci. Tapi, yang terpenting adalah melakukan persiapan fisik, mental, ilmu haji dan finansial yang memadai untuk dapat menunaikan beribadah haji dengan maksimal. ci2/yto

Buah Manis Perkuat Daya Tahan Tubuh

Buah


MADINAH–Selama di Madinah dengan kondisi cuaca dan suhu yang dingin, jemaah Indonesia rawan penyakit inveksi saluran pernapasan atas (ISPA) berupa batuk-pilek dan flu ringan. ISPA ini bisa berbahaya apabila menyebabkan sesak napas, pnemonia dan inspeksi saluran pernapasan bagian bawah.
Oleh karena itu, jemaah diminta untuk memperkuat daya tahan tubuh dengan makan, minum dan istirahat yang cukup. Di samping itu, jemaah juga diminta banyak mengonsumsi buah-buahan dengan rasa manis, dan bukan yang asam seperti jeruk. Karena dengan perubahan cuaca dan suhu, keasaman dapat menyebabkan diare.
Namun sayangnya, menurut dr. Agus Setiawan, petugas kesehatan dari kloter 56 SOC Solo, buah yang disajikan oleh katering selama di Madinah lebih sering berupa jeruk dengan rata-rata jeruk yang rasanya asam. Hal ini akan membuat jemaah bisa mengalami diare. Oleh karena itu, dirinya meminta agar buah jeruk yang disajikan diganti dengan buah lain seperti apel atau pisang, agar jemaah bisa terhindar dari diare dan rata-rata buah di Arab Saudi rasanhya asam.
Menanggapi keluhan mengenai rasa buah jeruk yang asam ini, Kepala Daerah Kerja Madinah Cepi Supriatna menandaskan tidak menjadi masalah apabila harus menggganti buah jeruk dengan buah lain apabila buah jeruk memang membuat mudarat. Mengenai penggantian ini pihaknnya akan bekerja sama dengan katering untuk mengakomodir kepentingan jemaah. mch/yto

Tip Sehat Calon Haji

makanan


Menjaga kesehatan merupakan hal utama bagi calon jemaah haji, apalagi jika calhaj datang dari negara yang berbeda suhu udaranya, dan setelah menempuh penerbangan panjang.
Mariam A. Alireza dalam tulisannya berjudul “Kit Pertolongan Pertama Anda saat Berhaji” seperti yang dikutip Arab News, memberikan tip-tip kesehatan bagi calon jemaah haji.
Ritual haji yang juga sering disebut sebagai ibadah fisik yang cukup melelahkan, calhaj harus menyiapkan diri memperkuat daya tahan tubuh dan energi dengan meningkatkan imunitas tubuh dari serangan patogen dan virus.
Makanan dan Minuman yang disarankan
  • Sebelum meninggalkan tanah air, calhaj hendaknya memperhatikan asupan nutrisi dengan lebih banyak mengkonsumsi buah-buahan dan sayuran.
  • Menjaga agar menu seimbang antara asupan protein (ikan, ayam) dan karbohidrat (nasi atau roti gandum), sayuran (hijau-hijauan seperti bayam, buncis, brokoli dan buah-buahan segar).
  • Buah dan sayur akan memasok tubuh dengan anti oksidan dan bioflafonoid, sedangkan khusus jeruk (lemon) akan menjaga tubuh dari infeksi dan memberikan perlindungan terhadap kuman-kuman penyakit.
  • Rempah-rempah seperti jahe, kayu manis, pala, dan lada bisa meningkatkan sistem imunitas tubuh terhadap penyakit.
  • Sebagai camilan, jemaah disarankan memakan buah segar ataupun yang dikeringkan.
  • Air dan cairan sangat penting bagi sistem tubuh, sehingga jemaah dianjurkan minum air yang sudah disterilkan, bukan air dalam kemasan, apalagi yang terkena sengatan mata hari, karena kemasan plastiknya dapat mengkontaminasi air.
  • Teh herbal yang dibubuhi cengkeh, mint, rosemary, sereh, jahe, kamomila, bisa menawar racun (dextofy) dan menghindari infeksi.
  • Racikan teh dengan madu, menurut seorang dokter Palestina bernama Hani Yunus juga berkhasiat meningkatkan kekebalan tubuh dari infeksi flu babi (H1N1) dan influensa.
  • Sup berbumbu bawang putih, bawang merah atau bubuk cayenne (semacam ketumbar atau lada) juga bisa meningkatkan kekebalan tubuh, sedangkan yoghurt dibubuhi sedikit garam dapat mempertahankan zat air dalam tubuh.
  • Daun basilica dan bunga star anis juga dianjurkan dalam pengobatan China untuk melawan virus H1N1 dan virus penyakit lainnya. Star Anis lebih manjur jika dikonsumsi dengan air hangat saat perut dalam keadaan kosong, sementara 20 lembar daun basilica diteguk dengan air hangat pada pagi hari juga dapat mencegah virus H1N1 atau paling tidak meminimalisir gejalanya.
  • Calhaj juga dianjurkan mengkonsumsi multi vitamin, vitamin C dosis tinggi dengan bioflavonoid serta suplemen mineral (berisi zat besi (zinc) dan selenium, sementara pasokan N-acetylcysteine dosis di atas 1.000 mg per hari dan L-Lysine 500 mg saat perut kosong juga bisa menekan gejala H1N1.
  • Ektrak jamur maitake, shiitake reishi juga bisa dikonsumsi untuk mendukung sistem kekebalan tubuh melawan infeksi virus.
Makanan dan Minuman yang Dihidari
  • Hindari makan goreng-gorengan, makanan yang menggunakan zat pewarna dan pengawet yang bisa melemahkan sistem imunitas tubuh.
  • Pemanis buatan seperti aspartam bisa merusak jaringan syaraf (neurotoxin) dan berbahaya terhadap jaringan otak dan tubuh, apalagi jika dipanaskan di atas suhu 30 derajat Celcius.
  • Minuman Soda dengan pemanis juga harus dihindari karena dapat melemahkan kemampuan tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus.
Bagi calhaj yang mengidap hypertensi hindari mengkonsumsi garam secara berlebihan.
Menghangatkan tubuh di pagi hari beberapa menit juga diperlukan untuk memberi kesempatan pada kulit mensintesiskan vitamin D – nutrisi yang akan menyuburkan sel-sel tubuh dan membangun kekebalan tubuh.  Namun berjemur di panas matahari terlalu lama dapat mengakibatkan terbakarnya kulit (sanburn) atau stroke (heatstroke), sebaliknya sinar matahari dapat membunuh kuman dan virus di udara dan menaikkan suhu badan sehingga mampu membunuh patogen.
Jemaah disarankan dapat menjaga stamina tubuh saat mengikuti prosesi puncak haji yakni menjelang Wukuf di Padang Arafah (mulai 26 November atau 9 Zulhijah) dilanjutkan ke Muzdalifah untuk mabit, dan kemudian melontar jumrah di Mina selama tiga hari berturut-turut setelah Idhul Adha 1430H (pada 27 November atau 10 Zulhijah).  Ant/S.Riyanto

Persiapan Panjang Haji dan Umrah

h-110


Lebih dari sekadar persiapan fisik, tidak kalah pentingnya adalah persiapan ilmu dan kebersihan lahir dan batin.  Termasuk kehalalan rezeki yang digunakan untuk  menunaikan haji atau umrah, maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Keinginan untuk dapat melaksanakan ibadah di Tanah Suci dapat dilaksanakan melalui berhaji dan umrah. Berbeda dengan haji yang hukumnya wajib bagi umat Islam yang mampu, hukum dari ibadah umrah adalah sunnah. Tapi, umrah akan menjadi wajib manakala telah diniatkan atau menjadi nazar.
Setiap Muslim yang ingin menunaikan ibadah haji dan umrah, tersimpan dalam hatinya  harapan ketika kembali ke Tanah Air akan mendapatkan ridha Allah SWT dan diterima segala ibadahnya. Bagi yang berhaji berharap menjadi haji yang mabrur. Sedangkan yang melaksanakan ibadah umrah berharap mendapatkan predikat maqbulah atau umroh yang diterima.
Ustadz Bobby Herwibowo, dari Dompet Dhuafa Travel mengungkapkan bahwa untuk bekal persiapan haji perlu dilakukan pesiapan lahir dan batin secara terintegrasi untuk mengoptimalkan pelaksanaan ibadah di Tanah Suci. ”Beribadah haji dan umrah perlu persiapan panjang. Secara lahir perlu diperhatikan kesehatan fisik calon jamaah. Karena ibadah haji merupakan ibadah fisik, selain melakukan persiapan manasik haji, perlu juga dilakukan latihan fisik,” jelas Ustadz Bobby.
Menurutnya, salah satu latihan fisik yang diperlukan namun kerap terlupakan adalah latihan untuk duduk. ”Latihan ini diperlukan mengingat para jamaah haji harus duduk selama belasan jam dalam ritual i’tikaf yang merupakan salah satu rukun berhaji,” lanjutnya.
Dari segi usia diharapkan jamaah yang akan berangkat haji berusia di bawah 50 tahun. Sebab, di atas usia 50 dikhawatirkan jamaah akan menemukan kesulitan-kesulitan ketika menjalankan ritual berhaji yang membutuhkan kesiapan fisik yang baik. ”Oleh sebab itu alangkah baiknya apabila kita mulai menata hati dan niat kita untuk mulai mempersiapkan ibadah haji sejak usia 20, atau 30-an,” ungkap Bobby yang yang juga anggota dari Majelis al-Kauni, Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur.
Menurutnya, secara finansial kita dapat mulai mempersiapkan tabungan untuk berhaji sejak jauh-jauh hari sembari mempersiapkan ilmu berhaji melalui banyak membaca dan mendengarkan pengalaman dari orang-orang yang telah terlebih dahulu berangkat. ”Karena ibadah haji merupakan ibadah yang cukup dilakukan satu kali seumur hidup kita perlu mempersiapkannya dengan sungguh-sungguh untuk menggapai kemabruran,” tuturnya.
Ustadz M Saifullah MA, da’i danKepala salah satu Madrasah Aliyah yang terletak di kawasan Bojong Sari, Sawangan, Depok, Jawa Barat mengungkapkan hakikat dari melaksanakan ibadah haji dan umrah adalah niatan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dan membawa perubahan kepada umat yang melaksanakan tentunya ke arah perbaikan. Mempersiapkan biaya yang diperoleh secara halal, meluruskan niat untuk ibadah, bertaubat kepada Allah, dan meminta maaf atas segala kesalahan yang pernah diperbuat, sangat penting untuk dilakukan.
”Allah Mahasuci dan hanya menerima yang baik. Oleh karena itu, harta yang dipergunakan untuk berangkat ke sana haruslah harta yang bersih. Mempelajari cara berhaji dan berumrah dengan manasik haji dan umrah juga jangan sampai terlewatkan. Hal ini merupakan persiapan yang sangat esensil untuk dilakukan sebelum berangkat,” jelasnya.
Menurut alumni UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang ini., sebaiknya kita senantiasa mengerjakan ibadah yang diwajibkan terlewbih dahulu dibandingkan dengan yang sunnah hukumnya.  ”Sebenarnya dalam memandang ibadah umroh kita harus mengingat bahwa umrah merupakan ibadah yang sunnah, sedangkan haji merupakan ibadah yang wajib. Apabila kita diberikan kelebihan rizki oleh Allah untuk dapat berangkat haji atau umrah setiap tahun lebih baik rizki tersebut disedekahkan karena haji dan umrah itu hukumnya hanya sekali seumur hidup,” katanya mengingatkan.
Pimpinan Wisata Hati, Ustadz Yusuf Mansur mengungkapkan dalam mempersiapkan diri sebelum kita berangkat menunaikan ibadah haji, kita perlu meluruskan niat, melegalkan harta, melapangkan dada, lincah ibadah, lembut bicara, dan melengkapi ilmu agama yang kita miliki. ”Luruskan niat kita berangkat hanya untuk beribadah karena Allah, memastikan bahwa tidak ada bagian yang haram pada harta yang kita gunakan untuk berangkat, berlatih sabar, pelihara ucapan dan pikiran kita, manfaatkanlah semua waktu yang kita miliki di Tanah Suci hanya untuk beribadah kepada Allah SWT, serta yang terakhir bekalilah diri kita dengan ilmu berhaji sehingga ibadah yang kita lakukan di sana maksimal,” jelasnya.
Menurut Ustadz Yusuf, dalam mempersiapkan ilmu beribadah jangan sampai kita hanya ikut-ikutan dan tidak memahami maknanya dengan tepat. ”Kita harus memahami makna ibadah yang kita lakukan dengan baik, baik itu shalat, puasa, dan berzakat. Dalam hal berhaji pemahaman ilmu manasik yang kita miliki harus lengkap. Inilah langkah untuk mencapai kemabruran,” ujarnya.
Ia menegaskan, mempersiapkan keberangkatan haji sebaik mungkin dan menjaga kehajian yang diperoleh setibanya di Tanah air, tentunya menjadi kewajiban, sekaligus harapan bagi para jamaah haji, tidak hanya di Indonesia, tapi di manapun. Arah kehidupan yang membawa nilai kebaikan, tidak hanya bagi diri sendiri, tapi juga bagi orang-orang terdekat pun diharapkan timbul setelah melaksanakan ibadah yang menjadi kewajiban bagi seluruh umat Islam yang mampu secara fisik dan finansial.
Dalam surah al-Baqarah ayat 197, Allah SWT menegaskan, ”Barang siapa yang telah menetapkan niatnya dalam bulan itu untuk mengerjakan haji, makaia tidak boleh rafats (berkata-kata dan berbuat sesuatu yang mengarah kepada seks), berbuat fasik, dan berbantah-bantahan selama mengerjakan haji.”
Menurut Yusuf Mansur, untuk mendapatkan kemuliaan predikat mabrur bagi jamaah yang menunaikan ibadah haji, perlu terkumpul pula di dalam hatinya niat yang ikhlas, melaksanakan haji sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad saw, dan mempergunakan harta yang diperoleh secara halal untuk melaksanakannya ibadahnya.  Ci2/yto

Empat Juta Orang akan Ikuti Ibadah Umrah

Masjidil Haram


JEDDAH– Sekitar empat juta umat Islam dari seluruh dunia diperkirakan akan mengikuti ibadah Umrah (haji kecil) pada tahun 2010, ungkap Ketua Panitria Nasional Haji dan Umrah, Arab Saudi Saad Jamil Al-Qurashi.
Kepada Arabtimes com. Sabtu, Al-Qurashi mengemukakan, jumlah jemaah umrah yang melebihi ketentuan izin tinggal, pada tahun lalu berkurang menjadi 12.000 orang.
“Saya berharap, tahun ini menjadi tahun pertama tidak ada lagi pelanggar izin tinggal, ” ujarnya.
Dalam beberapa pekan ini, menurut Qurashi, sejumlah jemaah umrah dari Turki, Mesir, Malaysia, Pakistan dan India akan berdatangan untuk melakukan ibadah Umrah.
Sementara itu Kementerian Haji Arab Saudi mengeluarkan imbauan lepada seluruh perusahaan di negara itu untuk mulai menyiapkan kantor-kantor perwakilan mereka di Mekah dan Madinah menjelang musim umrah yang akan dimulai pada bulan Safar. mch/yto

Pasar Seng Tinggal Kenangan

Pasar Seng (Republika)
Sampai musim haji 2006, jamaah yang mendatangi Makkah pastilah mempunyai cerita tentang Pasar Seng. Pasar yang terletak berdekatan dengan Masjidil Haram ini layaknya Pasar Tanah Abang di Jakarta.
Bila ditarik garis lurus, Pasar Seng terdapat di ujung jalan dekat perpustakaan atau rumah lahir Nabi Muhammad SAW. Aneka dagangan dijajakan di sana. Bukan saja makanan, segala macam cendera mata seperti pedang hiasan ala Arab, pakaian, jam tangan, tasbih, parfum, minyak wangi, perlengkapan shalat (sajadah, mukenah, peci), buku, dan kaset-kaset Islami, tersedia di pasar legendaris ini.
Cendera mata yang diperdagangkan juga banyak yang buatan Cina, India, Bangladesh, Turki, Mesir, bahkan Indonesia.Konon, penyebutan Pasar Seng karena awalnya bangunan toko yang ada di pasar tersebut beratapkan seng (zinc ). Kecuali, harga-harganya yang relatif murah, ketersediaan segala macam buah tangan untuk dibawa pulang ke tanah air jamaah haji, menjadikan Pasar Seng surga belanja bagi mereka.
Sampai musim haji 2006, Pasar Seng selalu dipadati jamaah. Tak ada toko yang sepi pembeli. Jamaah Indonesia termasuk yang paling ditunggu para pedagang Pasar Seng. Selain jumlahnya yang paling banyak, jamaah haji Indonesia dikenal sebagai jamaah yang ””doyan”” belanja.
Banyak cerita betapa para pedagang Pasar Seng mencoba menyelami psikologis orang Indonesia dengan memasang gaya keramahan khas masyarakat Nusantara. Ada pedagang yang langsung memeluk dan mencium pipi jamaah haji Indonesia (tentu yang satu jenis kelamin) guna menunjukkan keramahannya.
Kosakata bahasa Indonesia mereka juga kaya kendati tak bisa disebut lancar berbahasa Indonesia. Tujuannya tak lain agar jamaah Indonesia terpikat berbelanja di toko mereka.
Kata-kata fasih seperti, ””””Murah, ini satu riyal saja”””” atau ””””Halal, murah, beli di sini saja,”””” acap terdengar di Pasar Seng. Tanpa mengurangi keramahannya, pedagang yang tak bisa berbahasa Indonesia langsung menyodorkan kalkulator yang sudah diketik deretan angka penanda harga barang yang ingin dibeli. Bila tertera angka 40, berarti barang yang ingin dibeli jamaah seharga 40 riyal.
Tapi, kini cerita keramaian dan keunikan Pasar Seng tinggal kenangan. Pemerintah Kerajaan Arab Saudi sudah membongkar areal sekitar Masjidil Haram, Makkah, itu guna perluasan kawasan masjid.
Pasar Seng hanyalah satu dari sekian banyak yang menjadi ””””korban”””” kebijakan Pemerintah Arab Saudi. Sejumlah hotel dan bangunan lain di sekitar Masjidil Haram turut tergusur. Bangunan Hotel Sheraton yang megah pun tak mampu mengelak dari penggusuran.
Ada pula Masjid Kucing dan Hotel Soraya yang berdekatan dengan Pasar Seng dirobohkan. Hotel-hotel lain seperti Qurtuba, Zahret, Darkum, Talal, Firdaus Umrah, dan Firdaus Makkah mengalami nasib sama.
Melalui Surat Keputusan (Qarar) Majelis Ulama Arab Saudi tentang dibolehkannya perluasan  mas””a (tempat sa””i) bernomor 227 tertanggal 22 Safar 1427 H bertepatan tanggal 22 Maret 2006, pemerintah setempat memulai pembongkaran kawasan sekitar Masjidil Haram.
Menurut Pemerintah Kerajaan Arab Saudi, perluasan  mas””a bertujuan untuk memberikan pelayanan terhadap kenyamanan dan kemudahan para tamu Allah saat melaksanakan ibadah haji.
Yah , begitulah ceritanya. Pasar Seng kini tinggallah kenangan. Perluasan kawasan masjid atas nama kepentingan terhadap para jamaah haji telah mengantarkan Pasar Seng ke lipatan catatan sejarah. Harga yang terpaksa harus dibayar guna kebaikan yang lebih besar lagi.  ade/berbagai sumber/yto

Pasar Kurma Terbesar di Arab Saudi

Salah satu sudut Pasar Kurma
Kurma dan air zam-zam selalu identik dengan oleh-oleh ibadah haji. Kurma yang paling terkenal adalah kurma Madinah. Selain karena bentuknya lebih besar, daging buahnya kenyal dan kering, menambah atribut rasa manis kurma Madinah. Seperti namanya, kurma ini memang berasal dari Madinah, kota produsen kurma terbesar di Arab Saudi.
Hampir bisa dipastikan, setiap jamaah haji dari segala penjuru dunia yang bertandang ke Tanah Suci, akan menjinjing buah cokelat kehitam-hitaman ini sebagai salah satu oleh-oleh mereka.Tak sulit mendapatkan kurma Madinah. Saat berada di Madinah, pergi saja ke Pasar Kurma (Madinah Dates Market ). Letak pasar ini tepat di pusat kota, arah selatan Masjid Nabawi. Hanya berjarak sekitar setengah kilometer dari masjid para nabi, Pasar Kurma berada di kawasan bernama Qurban.
Dari Masjid Nabawi, Anda cukup berjalan ke arah Kubah Hijau dari arah Baqi. Bila wajah Anda sudah menghadap ke arah Kubah Hijau dan membelakangi Baqi, berjalanlah lurus ke depan. Tak berapa lama, Anda akan melihat Pasar Kurma di sisi sebelah kanan. Pasar ini cukup luas dengan  outlet-outlet kurma berjajar. Dijamin tak kesulitan menemukan pasar ini.
Pasar Kurma Madinah yang dibangun pada 1982 oleh Pemerintah Arab Saudi, buka mulai pukul 08.00 sampai pukul 22.00 waktu setempat. Anda bisa membeli aneka kurma di sini, baik kurma murni maupun olahan. Ada puluhan jenis. Sebut saja cokelat isi kurma, kurma isi kacang, kismis, biskuit selai kurma, dan tentunya (buah) kurma Madinah yang terkenal.
Layaknya di pasar-pasar tradisional, para pedagang Pasar Kurma Madinah juga bersaing dalam urusan memberikan harga kepada para calon pembeli. Kejelian memilih aneka jajanan kurma dan kemahiran menawar harga menjadi kunci utama bertransaksi di pasar ini. Tak jarang ada cerita seorang pembeli mendapatkan kurma dengan harga lebih murah dibandingkan pembeli lainnya. Padahal, jumlah makanan dan tempat membelinya sama.
Khusus untuk kurma Madinah, setidaknya ada tiga klasifikasi yang sudah dikenal, yaitu Ajwa, Ambhar, dan Safawi. Kurma Ajwa adalah kurma yang paling diminati. Tak heran, kurma jenis inilah yang paling banyak terdapat di Pasar Kurma.
Bukan rasa ataupun bentuk yang menjadikan Kurma Ajwa diincar para pembeli, melainkan sebuah hadis Rasulullah SAW yang berbunyi: ””Barang siapa di waktu pagi makan tujuh butir Kurma Ajwa, pada hari itu ia tidak akan kena racun maupun sihir.””Hadis yang terdapat dalam kumpulan Shahih Bukhari inilah yang membuat kurma berwarna agak kehitaman dan berkulit keriput tersebut menjadi incaran para jamaah.
Mengikuti teori ekonomi, Kurma Ajwa merupakan kurma dengan harga paling mahal dibandingkan kurma jenis lainnya. Menyesuaikan ukuran buah, Kurma Ajwa dibanderol dengan harga 60 riyal sampai 80 riyal untuk satu kilogramnya.
Terkait kualitas buah, di bawah Kurma Ajwa, ada jenis Kurma Ambhar. Untuk satu kilogram kurma ini, pembeli harus mengeluarkan kocek antara 35 riyal sampai 40 riyal, tergantung besar buahnya. Kalau kurma-kurma jenis lain bisa dicicipi sebelum membeli, jangan harap Anda bisa mencicipi Kurma Ajwa dan Kurma Ambhar.
Para pedagang di sana kebanyakan menyatakan haram untuk mencicipi dua jenis kurma terbaik tersebut, kecuali Anda memang benar-benar ingin membelinya. Sedangkan untuk jenis kurma lainnya, jamaah bisa membeli dengan cukup murah.
Hal yang sudah pasti, bila Anda ingin membeli kurma sebagai oleh-oleh, belilah di Madinah. Alasannya tak lain karena kurma dijual lebih murah di Madinah daripada di Makkah. Selisih harga untuk satu kilogram kurma di Madinah dengan di Makkah bisa mencapai setengah kalinya. Contoh saja untuk Kurma Ajwa ukuran kecil dengan harga sekitar 60 riyal di Madinah, maka di Makkah paling murah Anda harus mengeluarkan uang 100 riyal per kilogramnya.
Contoh lain adalah Kurma Safawi yang di Madinah hanya seharga 15 riyal per kilogram, namun di Makkah dijual dengan harga paling murah 20 riyal. ade/yus/yto

Jabal Tsur, Pelindung Rasulullah dari Kafir Quraisy

gua-tsur
Memandang ke arah selatan dari Masjidil Haram di Kota Makkah, akan tampak barisan bukit batu terhampar memanjang. Berjarak lima kilometer dari Kota Makkah, barisan bukit batu tersebut adalah Jabal Tsur, perbukitan tertinggi di Makkah Al-Mukarromah.
Jabal Tsur atau Gunung Tsur memiliki tiga puncak yang bersambungan dan berdekatan. Di salah satu puncak Jabal Tsur itulah terdapat Gua Tsur.Gua Tsur merupakan tempat yang dijadikan perlindungan Rasulullah Muhammad SAW dan sahabatnya, Abu Bakar RA. Rasul dan Abu Bakar bersembunyi dari kejaran kaum kafir Quraiys.
Kala itu, tahun 622 Masehi, Rasulullah Muhammad SAW berniat hijrah ke Kota Madinah untuk mencari tempat penyebaran Islam yang lebih kondusif. Namun, kaum kafir Quraisy yang tak menginginkan ajaran Muhammad menyebar ke luar Makkah, melakukan pengejaran untuk menghalangi niat Rasulullah.
Dalam kondisi terdesak, Rasulullah dan Abu Bakar memilih masuk ke Gua Tsur atas petunjuk yang diberikan Allah SWT melalui malaikat Jibril. Di gua yang berada di Jabal Tsur nan tandus itulah Rasulullah dan Abu Bakar berlindung selama tiga hari tiga malam.
Upaya pengejaran kaum kafir Quraisy menemui jalan buntu manakala sampai di sekitar gua. Kendati sudah berada di depan pintu masuk gua, kaum kafir Quraisy terkecoh dengan keberadaan sarang laba-laba dan sarang burung merpati yang menutupi jalan masuk ke gua.
Kaum kafir Quraisy tak melanjutkan mengejar ke dalam gua. Mereka berpandangan, tak mungkin ada orang yang sebelumnya masuk tanpa merusak sarang laba-laba dan membuat burung merpati terbang dari sarangnya. Dengan logika itu, kaum kafir Quraisy pun angkat langkah dan menghentikan pengejaran, kembali ke Kota Makkah.
Peristiwa pertolongan di Jabal Tsur serta persembunyian Rasulullah Muhammad SAW dan Abu Bakar di Gua Tsur diabadikan melalui firmah Allah SWT dalam Surat At-Taubah ayat 40. Ayat itu berbunyi: ””Bila kamu tidak mau menolong Rasul, maka Allah SWT telah menjamin menolongnya ketika orang-orang kafir mengusirnya berdua dengan sahabatnya.
Ketika keduanya berada dalam gua, dia berkata kepada sahabatnya, ”Janganlah engkau berduka cita, karena Allah SWT bersama kita.” Lalu Allah SWT menurunkan ketenangan hati (kepada Muhammad) dan membantunya dengan pasukan-pasukan yang tiada tampak olehmu. Dijadikan-Nya kepercayaan orang-orang kafir paling rendah dan agama Allah SWT menduduki tempat teratas. Sesungguhnya Allah SWT Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.””
Dulu, saat musim haji banyak jamaah yang berupaya naik ke Jabal Tsur dan melihat Gua Tsur. Namun, kondisi medan bukit yang terjal serta waktu tempuh yang cukup lama, sekitar 2-3 jam untuk mencapai gua, membuat Pemerintah Kerajaan Arab Saudi mengeluarkan larangan naik ke Jabal Tsur.
Jamaah kini hanya bisa menyaksikan Jabal Tsur dari bawah bukit. Bila jamaah kebetulah ikut rombongan yang melakukan rangkaian ziarah di Kota Makkah, maka bus pembawa rombongan akan berhenti di bawah bukit Jabal Tsur. Pemandu ziarah biasanya akan menceritakan sejarah peristiwa di zaman Rasulullah yang terjadi di Jabal Tsur.
Sambil mendengarkan penjelasan pemandu ziarah, jamaah bisa mendokumentasikan momentum berada di Jabal Tsur dengan latar belakang puncak bukit Jabal Tsur. Ada pula unta-unta yang bisa disewa untuk sekadar berkeliling dan berfoto di areal kaki bukit Jabal Tsur. Sayang, jamaah tak bisa naik melongok lokasi Gua Tsur. Kalau dulu, jamaah yang berfisik kuat biasanya memaksakan naik ke Gua Tsur dan melakukan shalat sunah di dalam gua. ismail ed:m as”adi/yto

Madinah Kota Bersejarah nan Damai dan Bersahabat

Madinah
MADINAH–Daya tarik utama Kota Madinah adalah keberadaan Masjid Nabawi. Itulah sebabnya, jutaan orang setiap tahunnya mengunjungi Kota Rasul ini. Masjid Nabawi merupakan masjid yang dibangun oleh Muhammad saw. dan sekaligus tempat pergerakan perjuangan menyebarkan Islam. Magnet umat Islam adalah insentif yang diberikan berupa pahala dan keutamaan bagi yang melaksanakan salat di Mesjid Nabawi memiliki pahala 1.000 kali lebih utama dibanding dengan salat di tempat lain, selain Masjidilharam.
Saat Musim haji, sedikitnya 200.000 jemaah Indonesia mengunjungi Madinah khususnya Mesjid Nabawi, ditambah lagi ratusan jutaan jemaah dari negara lain guna melakukan salat arba`in (salat 40 waktu tanpa terputus). Belum lagi jutaan orang yang silih berganti berdatangan ke Madinah ketika menunaikan umrah baik dari Indonesia maupun dari negara lain. Hal ini menjadikan Madinah menjadi kota yang tidak pernah mati selama 24 jam sepanjang tahun.
Kota yang terletak di sebelah utara Mekkah dengan jarak tempuh sekitar 450 km ini pada masa Muhammad saw. menjadi pusat dakwah, pengajaran dan pemerintahan Islam. Di Madinah pula diletakkan foundasi perpolitikan modern oleh Rasulullah yang termaktub dalam Piagam Madinah. Dari kota yang sebelumnya bernama Yatsrib ini Islam kemudian menyebar ke seluruh jazirah Arab dan kemudian ke seluruh dunia.
Yatsrib sejak dulu merupakan pusat perdagangan. Setelah Rasulullah menetap di kota ini, Yatsrib kemudian diberi nama Madinah dan kemudian menjadi pusat perkembangan Islam. Perjuangan ini dilanjutkan pada masa kekhalifahan Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Usman bin Affan (pada masa Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib pemerintahan dipindahkan ke Kuffah Irak karena terjadinya pergolakan politik yang menyebabkan Utsman bin Affan terbunuh).
Jejak perjuangan Rasul Muhammad menyebarkan Islam di Madinah masih berbekas hingga kini. Tempat seperti Jabal Uhud, Khondak, dan Mesjid Quba adalah tempat “wajib” untuk diziarahi ketika jemaah berada di Madinah selain Mesjid Nabawi.
Peran sebagai pusat perdagangan sejak dulu hingga kini masih terus berlangsung. Kedatangan jutaan orang ke Madinah setiap tahunnya tentu membuat kota ini tidak berhenti terutama aspek perdagangan makanan dan kebutuhan hidup, akomodasi dan transportasi bagi para pengunjungnya. Apalagi di musim haji ini, jutaan jemaah keluar masuk Kota Madinah baik lewat darat maupun udara tanpa mengenal waktu.
Bagi penduduk Madinah (orang) Indonesia bukan asing lagi bagi mereka, para pedagang, petugas hotel, asykar (petugas keamanan) atau yang lainnya terutama di sekitar Masjid Nabawi rata-rata lebih mengenal Indonesia dibanding negara lain. Oleh karena itu, jemaah tidak perlu khawatir saat berada di Madinah tidak bisa melakukan aktivitas belanja, makan atau kegiatan lainnya karena kendala komunikasi bahasa.
Sapaan “Haji! Mari ke sini, barangnya bagus, murah…” adalah hal biasa. Atau ada celetukan, “Kemahalan ya…?" dari pedagang ketika kita menanyakan harga barang kemudian tidak menawar barang tersebut. Para pedagang Arab juga fasih melafalkan angka-angka rupiah untuk saling tawar manawar.
Bahkan di saat “peak season” pada musim haji, pedagang kaki lima di sekitar Masjid Nabawi tidak ubahnya PKL (pedagang kaki lima) di pasar di Indonesia dalam menawarkanbarangnya. “Lima real, lima real selusin murraaaah” demikian seorang pedagang berulang-ulang menawarkan harga tasbih satu lusin kepada setiap orang yang lalu lalang.
Tidak hanya itu, bagi orang Indonesia juga tidak kesulitan mencari barang-barang khas Indonesia, terutama makanan. Berbagai macam kerupuk bisa dijumpai di toko “Nusantara” di kawasan Ijabah. Atau ingin makan bakso, tersedia “Bakso Solo” dan “Warung Si Doel Anak Madinah” di kawasan Markaziah.
Madinah menjadi kota damai karena hampir tidak terdengar perselisihan antar penduduk Madinah, atau penduduk Madinah dengan warga asing, juga warga asing dengan warga asing. Kalau ada perselisihan di jalan mengenai lalu lintas misalnya, yang dilakukan pengemudi hanyalah “main” klakson, tidak lebih dari itu. Kalau terjadi kecelakaan fatal tentu ada hukum yang mengaturnya. Prinsipnya siapa yang memulai melakukan kekerasan dia yang akan terkena hukuman lebih berat.
Pun tidak pernah ada paksaan untuk memilih, atau membeli atau tidak terhadap sesuatu yang kadang menjadi sumber perselisihan karena tidak ada preman yang sok berkuasa di daerah tertentu. Tidak ada tukang parkir, Pak Ogah atau timer yang mengatur-atur kendaraan kemudian meminta imbalan lebih seperti di Jakarta. Karena di Madinah memang tidak ada pungutan parkir. Mobil pun diparkir di depan rumah, di pinggir jalan atau di tanah lapang tanpa takut akan dicuri pencuri yang setiap saat mengintai pemilik mobil yang lengah.
Kedamaian itu tercipta karena setiap orang yang ada di Tanah Suci ini bersahabat. Penduduk lokal tidak merasa lebih baik dari warga asing yang datang ke Madinah. Tidak ada yang merasa lebih hebat karena di negaranya adalah dia seorang pejabat. Hitam, kuning maupun putih kulitnya, besar-kecil postur tubuhnya semua sama.
Apabila berjumpa, mereka mengucapkan “Salamun alaik” yang diberi salam akan menyambutnya dengan penuh persahabatan. Kemudian dilanjutkan dengan menyebut negara-masing-masing. Setelah itu dilanjutkan obrolan yang sama-sama tidak paham karena menggunakan bahasa mereka sendiri-sendiri. Umpamanya, setelah saya tegur sapa dengan menyebut asal negara, seering kemudian saya bilang, “Asif, lam a`rif kalamuka” atau “Sorry, Don`t Understand what you talking about,” tapi lawan bicara tetap saja bicara. Jurus ampuh yang saya gunakan kemudian adalah bahasa Tarzan atau kabur dengan mengucap “Ma`assalamah”.  mch/yto

Mengunjungi Masjid Baiat di Jamarat Mina




Masjid-BaiatMINA–Tempat melontar jumrah di Mina yang dikenal dengan Jamarat saat ini dibangun amat sangat megah. Dilihat dari jauh tampak seperti bendungan raksasa yang dihiasi kilauan sinar lampu yang terang benderang. Kalau dilihat dari jarak dekat, Jamarat mirip kapal pesiar yang mampu menampung ratusan ribu orag dalam satu waktu. Dengan membuat Jamarat bertingkat lima dengan areal melontar yang semakin luas, ditambah dengan penggantian tugu Jamarat menjadi tembok, peluang terjadinya peristiwa desak-desakan saat lontar jumrah dapat dihindarkan.

Di antara areal bangunan Jamarat yang megah, terdapat masjid kecil yang jelek dan kuno di belakang Jumrah Aqabah. Jaraknya tak lebih dari 50 meter dari seluruh bangunan Jamarat yang megah itu, terdapat masjid kuno. Masjidnya dicat warna krem, tidak beratap, berukuran sekitar 7 X 10 meter , tapi tidak ada jemaah di dalamnya. Bagaimana mungkin ada jemaah, pagar besi yang mengelilinginya selalu dikunci siang malam. Lagi pula tak ada tempat berwudhu dan toilet sebagaimana lazimnya masjid. Meski demikian, pengunjung bisa melihat isi dalamnya masjid. Sebab, pintu dari sayap kanan tak berpintu.

Inilah Masjid Baiat, masjid yang dibangun oleh Dinasti Abbasiah untuk menghormati Abbas bin Abdul Muthalib. Abbas adalah paman Rasulullah saw, yang anak keturunannya kemudian membangun Dinasti Abbasiah. Sebagian orang menganggap bahwa masjid ini dibangun oleh jin saat mereka melakukan baiat kepada Rasulullah. Namun anggapan ini tidak bisa dipertanggungjawabkan, karena Masjid Jin memang ada di Kota Mekah sebagai penanda terjadinya baiat para jin yang beriman kepada Rasulullah.

Masjid ini konon sempat terkubur tanah. Namun dalam proses pembangunan besar-besaran Jamarat, budozer yang melakukan pengerukan tanah terantuk batu yang sangat keras. Setelah diteliti, ternyata batu keras tersebut merupakan masjid. Maka, masjid itu dibiarkan seperti apa adanya. Meski demikian, masjid ini tidak difungsikan sebagaimana masjid pada umumnya, hanya sebagai tempat berziarah.

Mezki demikian, bentuk masjid dipelihara. Misalnya tempat imam salat diberi sajadah. Demikian pula dua saf di belakang imam. Semua sajadah dibiarkan kotor dan berdebu, karena memang tidak digunakan. Di tempat imam juga terdapat tempat menaruk microphone sehingga terkesan masjid ini aktif digunakan. Di beberapa sudut terdapat tempat Alquran.

Karena masjid terbuka tanpa atap, maka dalamnya masjid tak ubahnya pelataran. Tak ada tegel yang bagus apalagi marmer sebagaimana Masjidilharam. Tapi inilah peninggalan sejarah yang dihargai pemerintah Arab Saudi. Padahal, biasanya kerajaan ini biasanya membangun sesuatu secara fungsional, meskipun harus mengabaikan nilai sejarah yang sangat besar. Meski demikian, kali ini, Masjid Baiat dibiarkan apa adanya. Itulah sebabnya, di luar musim haji, masyarakat Arab juga suka mengunjungi masjid ini.

Menghormati Abbas

Masjid Baiat dibangun oleh Dinasti Abbasiah untuk menghormati Abbas bin Abdul Muthalib. Masjid ini dibangun sebagai penghormatan atas terjadinya Baiat Aqabah, karena di tempat inilah kaum Yatsrib (masyarakat Madinah) melakukan baiat kepada Rasulullah untuk taat dan tidak melakukan syirik. Ketika itu, Rasulullah saw. ditemani pamannya Abbas bin Abdul Muthalib yang belum beriman. Meski demikian, ia sangat memperhatikan kepada keponakannya dan sangat menjaga keselamatannya.

Wikipedia menjelaskan, baiat di Aqabah terjadi dua kali. Baiat Aqabah pertama yang terjadi tahun 621 M, yaitu perjanjian antara Rasulullah dengan 12 orang dari Yatsrib yang kemudian mereka memeluk Islam. Baiat Aqabah ini terjadi pada tahun kedua belas kenabiannya. Kemudian mereka berbaiat (bersumpah setia) kepada Muhammad. Adapun isi baiat itu, penduduk Yatsrib tidak akan menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun; Mereka akan melaksanakan apa yang Allah perintahkan; Dan ketiga, mereka akan meninggalkan larangan Allah .

Setahun kemudian, tahun 622 M, Rasulullah kembali melakukan baiat di Aqabah. Kali ini perjanjian dilakukan Rasulullah terhadap 73 orang pria dan 2 orang wanita dari Yatsrib. Wanita itu adalah Nusaibah bintu Ka`ab dan Asma` bintu `Amr bin `Adiy. Perjanjian ini terjadi pada tahun ketiga belas kenabian. Mush�ab bin �Umair yang ikut berbaiat pada Baiat Aqabah pertama kembali ikut bersamanya beserta dengan penduduk Yatsrib yang sudah terlebih dahulu masuk Islam.

Mereka menjumpai Rasulullah di Aqabah pada suatu malam. Muhammad datang bersama pamannya Abbas bin Abdil Muthallib. Meskipun saat itu Abbas masih musyrik, namun ia ingin meminta jaminan keamanan keponakannya Muhammad, kepada orang-orang Yatsrib itu. Ketika itu, Abbas menjadi orang pertama yang angkat bicara kemudian disusul oleh Muhammad yang membacakan beberapa ayat Alquran dan menyerukan tentang Islam.

Kemudian orang-orang Yatsrib itu membaiat Muhammad. Isi baiatnya adalah, mereka akan mendengar dan taat, baik dalam perkara yang mereka sukai maupun yang mereka benci; Mereka akan berinfak, baik dalam keadaan sempit maupun lapang; Mereka akan beramar maâruf dan nahi munkar. Mereka juga berjanji agar mereka tidak terpengaruh celaan orang-orang yang mencela di jalan Allah; Dan mereka berjanji akan melindungi Muhammad sebagaimana mereka melindungi para wanita dan anak mereka sendiri.

Setelah baiat itu, Muhammad kembali ke Mekah untuk meneruskan dakwah. Kemudian ia mendapatkan gangguan dari kaum musyrikin kepada kaum muslimin yang dirasa semakin keras. Maka Muhammad memberikan perintah kepada kaum muslimin untuk berhijrah ke Yatsrib. Baik secara sendiri-sendiri, maupun berkelompok. Mereka berhijrah dengan sembunyi-sembunyi, sehingga kaum musyrikin tidak mengetahui kepindahan mereka. mch/yto



12 December 2009 | Kategori: Tempat Ibadah
Sumber : http://www.jurnalhaji.com/